Sunday, March 19, 2017

Belajar Manajemen dari Masjid Jogokaryan

oleh : Muhammad Ardian (Didin) - Agustus 2016

Sudah lama saya dengar cerita sukses Masjid Jogokaryan, kebetulan ada acara PIT (Pertemuan Ilmiah Tahunan obgyn) di Solo, maka saya niatkan berangkat 1 hari sblmnya untuk mampir ke masjid jogokariyan di Yogjakarta yang didirikan sejak th 1966. Beberapa hari sebelumnya saya sudah mengirim email dan sms ke Takmir, utk ijin silaturahmi. alhamdulillah dengan ditemani Pak Hatta (rekan yang  mendalami persalinan islami/maryam yang tinggal di jogja), akhirnya saya bisa silaturahmi dengan Pak Maryono takmir masjid Jogokaryan. 
Kami diterima di kantor takmir masjid yang sejuk dengan pendingin ruangan, nampak sekali kantor ini sangat aktif krn banyak kertas2x tersebar dan menjadi jujugan remaja2x masjid. 
Diskusi diawali dari paparan Pak Maryono tentang perubahan mindset takmir. Apakah itu? merubah mindset takmir yang semula mengurusi masjid menjadi melayani jamaah. Dari link ini http://masjidjogokariyan.com/pak-becak/ bisa terlihat bagaimana perubahan masjid yang merupakan hasil waqaf ini, yaitu mindset melarang mandi tukang becak diubah menjadi melayani dan memfasilitasi, hal ini membuat tukang becak mjd sungkan dan akhirnga menyumbangkan bantuan langsung tunai untuk di infaq kan ke masjid. 
Operasionalisasi ‘melayani” dilakukan dengan konsep yang tertata rapi dan strategis, memulai nya dengan membuat peta dakwah, dimana peta tersebut dapat memetakan penduduk sekitar masjid (terdiri 4 RW atau 950 KK) lengkap berdasar tingkat ekonomi, dari peta inilah takmir masjid bs mengidentifikasi golongan mampu dan tidak mampu. Untuk golongan mampu dibuat program2x sesuai kebutuhannya, seperti zakat mal, bagaimana menghitungnya sampe dengan menyalurkannya. Untuk golongan yang kurang beruntung, maka dibuatlah program santunan berkelanjutan yaitu program jimpitan : setiap KK menyisihkan satu genggam beras setiap menanak nasi, kemudian dikumpulkan di masjid utk kemudian disalurkan. 
Bagaimana bisa menarik jamaah utk ke masjid? beberapa program dilakukan dengan publikasi yang menarik
  1. Lomba sholat berjamaah, dengan hadiah umroh. Dengan kriteria pemenang adalah siapa yang istiqomah sholat berjamaah selama 40 hari, dan akhirnya didapatkan 10 orang yang berhasil sampe finish. Biaya umroh didapatkan dari donatur yang ikhlas meng umroh kan pemenang lomba tersebut
  2. Mengundang Hafidz quran sbg imam shiolat dg langgam membaca layaknya imam masjid Nabawi dan Masjidil Haram, ternyata direspon positif dengan meningkatnya animo jamaah
  3. tarawih 1 juz, tiap kamis malam diadakan sholat tarawih dengan membaca 1 juz quran, lagi2x jamaah meningkat scr signifikan setiap kamis malam bulan ramadhan
  4. kampung Ramadhan 
  5. Qurban bukan utk cari uang 
  6. Mencari sumber pendapatan dari hotel masjid dan aula
  7. Program2x yang disukai remaja
    1. wifi gratis
    2. menyediakan pc utk bermain game
    3. lomba tenis meja
    4. dll
Bisa disimpulkan bahwa proses merubah manajemen masjid ini diawali dari dari perubahan paradigma yaitu dari mengurusi menjadi melayani, kemudian fokus pada “pelanggan” dalam hal ini adalah jamaah, artinya semua program berorientasi agar jamaah happy dan dekat dengan masjid, hal ini didukung dengan manajemen yang akuntabel dan transparan dalam bahasa Islam : AMANAH
Smoga tulisan singkat ini bermanfaat 





No comments:

Post a Comment